Dalam 2 dekade terakhir kita dapat melihat adanya perubahan besar dalam pola hidup masyarakat kita.
Yaitu, kita menjadi lebih suka jajan, makan diluar, bahkan memesan makanan dan diantar langsung ke tempat kita, memasak sendiri dan membawa makanan rumah sudah jarang sekali dilakukan oleh masyarakat di zaman sekarang ini, kalau pun ada hanya sedikit.
Alasan yang digunakan antara lain:
- Lebih praktis
- Rasanya enak
- Sedang ingin coba makanan tertentu
Ternyata karena gaya hidup masyarakat yang sudah serba instan, mereka tidak ingin membuang banyak waktu mereka untuk memasak makanan dari rumah, dan akhirnya memilih membeli makanan diluar. Bagi yang masih memasak dirumah tidak perlu merasa berbeda, memasak dirumah baik, hanya saja kita perlu membuka pikiran mengenai perubahan lifestyle masyarakat tentang kepraktisan.
Selain itu tidak dapat dipungkiri bahwa banyak warung – warung / restoran yang dapat membuat makanan yang rasanya enak banget! Sehingga membuat orang menjadi ingin coba, dan infonya tersebar ke seluruh orang di daerah tersebut, bahkan di tempat yang jauh oleh karena media sosial.
keterangan foto:
antrian ojek online saat membeli makanan di Ayam Geprek Bensu
food engage the emotion, not logic
Lalu risiko apa yang dapat ditimbulkan oleh situasi ini?
Sudah pasti persaingan antara warung, cafe, restoran menjadi semakin ketat karena customer pasti menginginkan yang terbaik. Ini akan selalu menjadi tantangan bagi pengusaha makanan dan minuman.
Jadi, sebagai pengusaha F&B apa yang sebaiknya dilakukan?
Berikut beberapa tips:
- Ikut bekerjasama dengan layanan ojek online, seperti gofood & grabfood
- Manfaatkan media sosial, seperti zomato & instagram
Tapi tips diatas hanyalah hal teknis, poin utama yang perlu dimiliki adalah, terus belajar, miliki pola pikir yang mau berubah (jangan sok tahu / keras kepala), karena tulisan ini pun akan menjadi sia – sia bagi orang yang tidak mau berubah.
because innovation never backward